Puisi - Akulah Itu Bulan
Akulah Itu Bulan
Akulah itu bulan,
yang setiap petang tengah bertaruh.
Hangat bermandikan sinarmu, tuan.
Kudermakan lagi luminansiku pada burung yang berteduh,
pada makam yang mengaduh,
pada gubuk tua yang merapuh,
dan pada sufi tua yang lumpuh, melantunkan syair surga
di antara langit ketujuh.
Akulah itu bulan,
yang setiap siang mengasing di penghujung langit.
bukan takut, tuan.
Hanya saja, engkaulah tuanku.
Tuan menderma cahaya kirana,
Menerjah frekuensi tampak hingga yang ultra,
terangnya.
Tuan menderma keagungan kirana,
Menerjah frekuensi sukma menembus jiwa, damainya.
Siapalah aku.
Tanpa tuan,
Aku gelap.
Tanpa tuan,
Lenyap sudah.
Tanpa tuan,
Aku mati.
Nararya
Juli 2013
Post a Comment